Langsung ke konten utama

senjata tradisional Kerinci Jambi

Tahu anda senjata tRadisional kerinci..?
Sumber : kOMPAS.COm
Pedang selangkeh yang merupakan senjata tradisional asli Kerinci perlu dipopulerkan kembali kepada publik sehingga menjadi khazanah kebudayaan masyarakat setempat.

"Pedang selangkeh sesungguhnya senjata tradisional asli masyarakat Kerinci pada masa lalu, seperti halnya mandau di Kalimantan, rencong di Aceh, badik di Bugis, dan kujang di Sunda, bukanlah keris seperti yang dianggap sebagai senjata warisan budaya masyarakat Kerinci saat ini," kata budayawan dan seniman Jambi, Azhar MJ, Minggu (22/5/2011) di Jambi.

Menurut Azhar, selangkeh telah dipakai para ksatria, pendekar, dan para hulubalang (prajurit) di Kerinci sejak masyarakat Kerinci pertama mengenal kemampuan mengolah besi menjadi senjata.

Pada masa kerajaan, selangkeh dipergunakan oleh para hulubalang dan para depati, tidak saja sebagai senjata untuk bertempur di medan peperangan, tetapi juga sebagai sko (barang pusaka) yang mencerminkan kewibawaan sekaligus sebagai simbol kekuasaan bagi para depati.

Pada zaman sebelum dikenalnya besi, senjata masyarakat Kerinci purba menggunakan rautan bilah bambu sebagai selangkeh, sementara serpihan batu menjadi senjata pendek, seperti karpu (sejenis pisau atau belati) dan juga dijadikan perkakas sehari-hari, seperti kapak batu genggam dan beliung.

"Kelompok masyarakat Kerinci pertama yang memiliki kemampuan mengolah besi jadi senjata dan perkakas adalah masyarakat Desa Pendung Koto Padang di Kecamatan Air Hangat," katanya.

Hingga saat ini desa tersebut masih menjadi pusat perajin senjata dan perkakas. Produksi mereka bahkan dipasarkan sampai daratan Malaysia.

Sebagai senjata tradisional, pedang selangkeh dipercaya memiliki daya magis, kesaktian, dan tuah yang akan memengaruhi pemilik atau pemegangnya, seperti mampu menjadi kebal senjata tajam, mampu menghilang, dan mampu melompat tinggi di udara.

Bahkan pada masa peperangan dengan kolonial Belanda, Depati Parbo dan pasukannya semuanya menggunakan selangkeh. Selain itu, sang Depati memang juga memiliki sebilah keris.

Menurut budayawan Kerinci, Iskandar Zakaria, keris masuk ke Kerinci dan dikenal sebagai senjata sakti sejak terjadinya asimilasi kebudayaan Jawa ketika terjadi ekspedisi Pamalayu.

Sejak itu Kerinci juga mengenal sebutan-sebutan yang berbau Jawa, seperti kata 'depati' yang asal mulanya adalah kata 'adipati' karena penggunaan huruf vokal di awal dalam bahasa Kerinci tidak lumrah. Kata itu dipenggal menjadi depati saja sesuai dialek bahasa setempat.

Keris yang kemudian juga jadi simbol kerajaan-kerajaan di Sumatera kawasan tengah, timur, dan selatan, seperti Kerajaan Melayu Jambi dengan ratunya Selaras Pinang Masak memakai keris siginjai, Pagarruyung (di Sumbar) dengan rajanya Adityawarman, Sriwijaya (di Sumatera Selatan), dan Tulang Bawang (di Lampung).

Kerinci yang tidak memiliki sistem pemerintahan kerajaan juga mendapat imbas semakin populernya penggunaan keris sebagai simbol kekuasaan dan kewibawaan tersebut.

Akhirnya fungsi selangkeh pun tergeser, digantikan keris yang dinilai jauh lebih simpel dan praktis, ringan, dan mudah disimpan ataupun dibawa-bawa ke mana pun pergi.

Selangkeh adalah pedang yang tidak memiliki sarung. Pemilik membawa senjata itu ke mana pun dengan cara dipegang atau diselipkan di pinggang.

Menurut peneliti kebudayaan Kerinci, Nukman SS, pada masa Islam, keberadaan selangkeh juga terus bertahan. Bahkan, pada masa itu, pedang panjang tersebut telah menjadi media dakwah bagi para kyai pemuka dan penyebar agama Islam di Kerinci.

Badan pedang yang sebelumnya biasa terlihat berhias rajahan mantra dan jimat, pada masa Islam justru dipakai pula sebagai tempat mengguratkan ayat-ayat suci Al Quran.

Salah satu selangkeh yang memiliki tulisan ayat Al Quran saat ini tersimpan di Desa Sebukar, Kecamatan Keliling Danau.

Sebagai gambaran, bentuk selangkeh adalah pedang panjang yang sedikit melengkung dan berujung runcing. Selangkeh terbuat dari besi atau baja kualitas tinggi, dan gagangnya memiliki pelindung.

Saat ini selangkeh hanya dipergunakan oleh para pemencak saat tampil memperagakan jurus-jurus tarian dalam acara-acara tertentu. Keberadaan pedang ini pun sudah semakin tidak jelas karena dijual kepada kolektor barang antik oleh pewarisnya.

Pada masa sekarang, para petani menggunakan perkakas parang atau golok yang fisiknya menyerupai selangkeh. Sebenarnya itulah turunan dari selangkeh modern saat ini.

"Oleh karena itu, sudah seharusnya keberadaan selangkeh kembali dipopulerkan dengan menyebutnya sebagai senjata tradisional khas Kerinci dan memakainya sebagai simbol kekuasaan saat penobatan depati, seperti halnya mandau di Kalimantan," tambah Azhar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

tambo sungai penuh

bukti adanya sebuah kebudayaan di sakti alam kerinci dengan adanya tambo atau tulisan yang berisikan sejarah dan mantra-mantra orang terdahul yang merupakan bukti sejarah peradaban suku kerinci. referensi dokumentasi : Bhudi Vriasvhati dan Eka putra SH, buku senarai kebudayaan kerinci, 2014

Dinas Ketenaga Kerjaan Dan transmigrasi Kerinci Jambi

METROSAKTI.COM, KERINCI - Tahun ini, Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Kerinci mendapat kucuran danasebesar Rp 1,2 miliar dari pemerintah pusat. Anggaran sebesar itu merupakan anggaran pasar karya dari  Dirjen Penempatan Binapenta, Kementerian Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Kemenakertrans) RI. Dana ini diperuntukan peningkatan infrastrusktur jalan lingkungan, jalan baru dan program padat karya produktif dengan membangun kolam ikan. Sekretaris Dinsosnakertran Kerinci, Bahar Minsami, mengatakan program ini mulai berjalan setelah lebaran tahun ini. "DIPA nya siap, pelaksanaan setelah lebaran, saat ini kita tengah mempersiapkan segala sesuatunya," ujarnya. Meskipun telah dipersiapkan, namun, kata dia, untuk kematangan dan ketepatan pemanfaatan program ini, pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak teknis. "Ya, untuk suksesnya program dan guna tepatnya sasaran, tentunya kita akan libatkan pihak-pihak berkompeten," ungk

aksi demo G 10

sekepal tanah surga kerinci - hari ni (7/sep/2015) gerakan 10 pemuda (G 10 ) melakukan aksi damai di pemkab kerinci dan di DPRD kerinci, didalam Surat pemberitahuan aksi yg di kirimkan ke pihak kepolisian jumlah masa yang akan bergabung di aksi damai ini sekitaran 1700 masa ,akan tetapi fakta dilapangan sekarang ini masa dari gerakan sepuluh pemuda ini tidak lebih dri 17 org,sungguh fakta terbalik yang dikirimkan pihak kepolisian. ' masa G 10 hanya berkisar 17 org akan tetapi setelah kami tgaskan personil lapangan yang ada hanya sekian' ungkap nya